Back to Top
Artikel Islami

Prinsip Islam

Panduan Islam Panduan Islam
Desember 07, 2020
0 Komentar
Beranda
Artikel Islami
Prinsip Islam

BAB II
PRINSIP ISLAM
(AQIDAH, SYARI'AH, DAN AKHLAK)

Ahmad Nilnal Munachifdlil Úla

Sebagai agama yang sempurna yang diturunkan lewat nabi Muhammad, Islam memiliki prinsip dasar yang bisa dijadikan pedoman dalam hidup oleh umatnya. Ketiga prinsip tersebut harus berjalan seirama agar terbentuk pribadi muslim yang kaaffah atau sempurna. Berdasarkan nash teks dalam hadits nabi yang diriwayatkan oleh sayyidina umar setidaknya ada 3 prinsip dasar dalam islam yakni meliputi Iman (Aqidah), Islam (syariáh) dan Ihsan (Akhlak) sebagaimana diriwayatkan dalam hadits :

عن عمر رضي الله تعالى عنه أيضا قال : بينما نحن جلوس عند رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم ذات يوم إذ طلع علينا رجل شديد بياض الثياب شديد سواد الشعر لا يرى عليه أثر السفر ولا يعرفه منا أحد حتى جلس إلى النبي صلى الله عليه وآله وسلم فأسند ركبتيه إلى ركبتيه ووضع كفيه على فخذيه وقال : يا محمد أخبرني عن الإسلام فقال رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم : الإسلام أن تشهد أن لا إله إلا الله وأن محمدا رسول الله وتقيم الصلاة وتؤتي الزكاة وتصوم رمضان وتحج البيت إن استطعت إليه سبيلا قال : صدقت فعجبنا له يسأله ويصدقه قال : فأخبرني عن الإيمان قال أن تؤمن بالله وملائكته وكتبه ورسله واليوم الآخر وتؤمن بالقدر خيره وشره قال : صدقت قال : فأخبرني عن الإحسان قال أن تعبد الله كأنك تراه فإن لم تكن تراه فإنه يراك قال : فأخبرني عن الساعة قال ما المسئول عنها بأعلم من السائل قال : فأخبرني عن أماراتها قال أن تلد الأمة ربتها وأن ترى الحفاة العراة العالة رعاء الشاء يتطاولون في البنيان ثم انطلق فلبثت مليا ثم قال يا عمر أتدري من السائل ؟ قلت : الله ورسوله أعلم قال فإنه جبريل أتاكم يعلمكم دينكم (رواه مسلم(

Dari Umar rodhiyallohu’anhu juga, beliau berkata: Pada suatu hari ketika kami duduk di dekat Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam, tiba-tiba muncul seorang laki-laki yang berpakaian sangat putih dan rambutnya sangat hitam. Pada dirinya tidak tampak bekas dari perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Kemudian ia duduk di hadapan Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam, lalu mendempetkan kedua lututnya ke lutut Nabi, dan meletakkan kedua tangannya di atas kedua pahanya, kemudian berkata: ”Wahai Muhammad, terangkanlah kepadaku tentang Islam.” Kemudian Rosululloh shollallohu’alaihi wasallam menjawab: ”Islam yaitu: hendaklah engkau bersaksi tiada sesembahan yang haq disembah kecuali Alloh dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Alloh. Hendaklah engkau mendirikan sholat, membayar zakat, berpuasa pada bulan Ramadhan, dan mengerjakan haji ke rumah Alloh jika engkau mampu mengerjakannya.” Orang itu berkata: ”Engkau benar.” Kami menjadi heran, karena dia yang bertanya dan dia pula yang membenarkannya. Orang itu bertanya lagi: ”Lalu terangkanlah kepadaku tentang iman”. (Rosululloh) menjawab: ”Hendaklah engkau beriman kepada Alloh, beriman kepada para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para utusan-Nya, hari akhir, dan hendaklah engkau beriman kepada taqdir yang baik dan yang buruk.”Orang tadi berkata: ”Engkau benar.” Lalu orang itu bertanya lagi: ”Lalu terangkanlah kepadaku tentang ihsan.” (Beliau) menjawab: “Hendaklah engkau beribadah kepada Alloh seolah-olah engkau melihat-Nya. Namun jika engkau tidak dapat (beribadah seolah-olah) melihat-Nya, sesungguhnya Ia melihat engkau.” Orang itu berkata lagi: ”Beritahukanlah kepadaku tentang hari kiamat.” (Beliau) mejawab: “Orang yang ditanya tidak lebih tahu daripada yang bertanya.” Orang itu selanjutnya berkata: ”Beritahukanlah kepadaku tanda-tandanya.” (Beliau) menjawab: ”Apabila budak melahirkan tuannya, dan engkau melihat orang-orang Badui yang bertelanjang kaki, yang miskin lagi penggembala domba berlomba-lomba dalam mendirikan bangunan.” Kemudian orang itu pergi, sedangkan aku tetap tinggal beberapa saat lamanya. Lalu Nabi shollallohu ’alaihi wasallam bersabda: ”Wahai Umar, tahukah engkau siapa orang yang bertanya itu ?”. Aku menjawab: ”Alloh dan Rosul-Nya yang lebih mengetahui.” Lalu beliau bersabda: ”Dia itu adalah malaikat Jibril yang datang kepada kalian untuk mengajarkan agama kalian.”(HR. Muslim).

Diantara syair'ah, aqidah dan akhlah sebetulnya mempunyai kaitan erat yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya karena pengalaman syari'ah tanpa adanya aqidah dan aplikasi akhlak sangat mustahil. Begitu juga halnya aqidah seseorang tidak akan terjaga dengan baik tanpa adanya pengalaman syai'ah dan akhlak. Demikian juga halnya dengan aplikasi akhlak sangat tidak mungkin tanpa adanya pemahaman aqidah dan syai'ah.

Bukti adanya kaitan erat antara syari'at aqidah dan akhlak adalah ketika seseorang mengamaikan syariat atau aturan yang berlaku dan meyakini adanya Tuhan sebagai aqidahnya namun karena akhlak, etika dan moralnya rusak maka secara otomatis syari’at dan aqidah ya masih dipertanyakan, begitupun sebaliknya. Contoh pengamalan sempurna atas ketiganya (Akidah, Syariah dan Akhlaq) yakni Orang yang sedang shalat, dia harus mengesakan Allah disertai keyakinan bahwa hanya Dia yang wajib disembah (Iman/Akidah), harus memenuhi syarat dan rukun shalat (Islam/Syariah), dan shalat harus dilakukan dengan khusyu’ dan penuh penghayatan (Ihsan/Ahlak). Ketika ketiga unsur tersebut sudah terpenuhi maka bias dikatakan sebagai muslim yang kaaffah yang sempurna

Akidah

Aqidah Secara istilah adalah keyakinan hati atas sesuatu. Sedangkan menurut Prof Hasbi akidah yakni “urusan yang harus dibenarkan hati dan diterimanya dengan cara puas, serta tertanam kuat kedalam lubuk jiwa dan tidak dapat diguncangkan oleh badai subhat”. Dari devinisi tersebut jelaslah bahwa akidah merupakan suatu keyakinan yang diyakini dalam hati, tertanam kuat dalam lubuk jiwa dan tidak mudah goyah atau dipengaruhi oleh keraguan. Menilik dari hal tersebut maka dapat dipahami bahwa akidah merupakan benteng terakhir atas serangan subhat atau keraguan, seorang yang akidahnya kuat pasti tidak mudah goyah dan tersesat dalam beragama.

Secara umum ulama sepakat mengatakan bahwa aqidah mempakan suatu hal yang berangkat dari keyakinan pertama kalinya sehingga tidak perlu rasanya diungkapkan banyak definisi tentang hal ini. Namun suatu hal yang mesti dipahami adalah, sebagaimana diungkap di awal bahwa dalam mendakwahi umatnya, hal pertama yang dilakukan Nabi Muhammad adalah menanamkan keyakinan kepada lubuk hatinya yang paling dalam. Nasiruddin Razak mengatakan bahwa “Aqidah adalah masalah fundamental dalam Islam dan ia merupakan titik tolak permulaan muslim. Sebagai salah satu bukti hal tersebut adalah ketika seseorang akan diislamkan maka ia mesti mengucapkan dua kalimat syahadat yang bersaksi bahwa tiada ulian selain Allah dan Nabi Muhammad Saw sebagai utusan-Nya. Pemahaman aqidah ini penting karena tanpa adanya iman yang kuat maka umat tersebut mudah dipengamhi, dijemmuskan kepada hal-hal yang tidak dikehendaki.

Sebagai sebuah keyakinan, aqidah merupakan sesuatu keyakina yang harus tertanam dalam hati. Buah dari akidah yang benar tersebut akan terwujud dalam sebuah perilaku lahiriah yang baik. Seorang yang beriman tentunya amaliah perilakunya akan mencerminkan apa yang diyakininya, namun jika terjadi sebaliknya, maka patut dipertanyakan apakah iman yang dimiliki seorang tersebut merupakan keyakinan yang tulus atau hanya pernyataan keimanan saja tanpa disertai keyakinan didalam hati. Sebagaimana firman allah

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَّقُوْلُ اٰمَنَّا بِاللّٰهِ وَبِالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَمَا هُمْ بِمُؤْمِنِيْنَۘ

Dan di antara manusia ada yang berkata, “Kami beriman kepada Allah dan hari akhir,” padahal sesungguhnya mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman.

Syari'ah

Syariáh dapat dimaknai sebagai Sumber air minum (mawrid al-ma’ li al istiqa) atau jalan lurus (at-thariq al mustqim) sedangkan Secara Istilah Syariah bermakna perundang2an yg diturunkan Allah SWT melalui Rasulullah SAW utk seluruh umat manusia dalam berbagai aspek kehidupan guna meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat. Atau dengan kata lain bahwa Syariah merupakan aturan – aturan yang diberikan oleh allah kepada manusia untuk dijadikan pedoman agar memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Syariat merupakan norma hukum dasar yang ditetapkan Allah, yang wajib diikuti oleh semua orang Islam bedasarkan iman yang berkaitan dengan akhlak, baik dalam hubungannya dengan Allah maupun dengan sesama manusia dan lingkungan. Norma hukum dasar dasar syariat tersebut dijelaskan dan atau dirinci lebih lanjut oleh Nabi Muhammad saw sebagai Rasul-Nya. Karena itu, syari’at terdapat di dalam teks al-Qur’an dan di dalam teks Hadis Nabi.

Sebagai sebuah aturan yang kompleks Syariah mengatur tentang bagaimana hubungan kita dengan allah dalam konteks ibadah serta mengatur tentang bagaimana hubungan kita dengan makhluq allah (manusia dan lingkungan) dalam konteks muamalah. Syariat tersebut sangatlah lengkap sehingga tidak ada satupun permasalah terkait dengan ibadah dan muamalah yang tidak ada penjelasannya dalam syariat

Akhlak

Akhlak dalam Bahasa Arab bearsal dari kata " Khalaqa" yang berarti membuat dan menjadikan. Dan bentuk isimnya berarti perangai atau budi pekerti. Betolak dari pengertian secara bahasa tersebut, maka suatu hal yang mesti dipahami bersama adalah bahwa ketika kita berbicara masalah akhlak berati berbicara masalah perangai, etika dan moral seseorang, baik secara sadar maupun tidak sadar. Akhlak adalah suatu sifat yang berurat berakar pada diri seseorang yang terbit darinya untuk melakukan suatu perbuatan dengan mudah tanpa dipikir secara mendalam terhadap akibat yang ditimbulkan.

Sebagai bagian dari prinsip islam, akhlak sangat diperhatikan dalam islam, bahkan nabi mengatakan انما بعثت لاتمم مكارم الاخلاق yang artinya bahwa beliau nabi Muhammad diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia. Hal tersebut menjadi bukti bahwa akhlak merupakan aspek penting yang harus dipedomani oleh umat islam, karena akhlak tersebutlah yang nantinya menjadikan hal pembeda antara manusia dan makhluk lainnya. Sebagai makhluk yang dibekali akal pikiran maka sangat tidak pantas jika manusia tidak memiliki akhlak terpuji (mahmudah). Apalagi jika sampai memiliki akhlaq madzmumah (tercela), sungguh sangat tidak pantas dimiliki manusia yang merupakan ciptaan allah yang paling sempurna.

Sebagai sebuah aturan yang mengatur tentang perangai atau budi pekerti maka akhlak mahmudah perlu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan dalam semua aspek kehidupan baik dalam aspek muamalah maupun ibadah. Implementasi akhlak mahmudah tidak hanya dijalankan ketika muamalah berhubungan dengan ssesama manusia saja, tapi juga ketika kita beribadah dengan wujud khusyuk sebagai saalah satu bentuk pengamalan dari akhlak mahmudah dalam ibadah kepada Allah sang pencipta.

Hubungan Akhlak, Akidah dan Syariah

Sebagai tiga prinsip islam yang tak boleh dipisahkan, ketiganya memiliki hubungan yang sangat erat satu sama lain. Sebagaimana diisyaratkan di awal, pembahasan syari'ah mempakan suatu ketetapan berupa aturan-aturan baku berbentuk teks suci yang diturunkan Allah SWT kepada nabi Muhammad SAW, sementara aqidah mempakan keyakinan dan kepercayaan tentang adanya Tuhan. Sedangkan akhlak mempakan suatu yang sudah berurat berakar dalam pibadi manusia untuk melakukan suatu perbuatan.

Dari gambaran ini jelaslah bahwa antara syari'ah dengan akidah mempunyai kaitan erat antara satu dengan yang lainnya yang tidak dapat dipisahkan. Bukti adanya kaitan yang erat antara syari'at dengan aqidah dan akhlak adalah ketika seseorang melakukan syari'at dalam artian formal semata tanpa adanya keyakinan aqidah bahwa segala perbuatannya diperhatikan oleh Allah SWT maka bisa jadi dalam keadaan tertentu dia akam meninggalkan pengamalan syari'at tersebut karena ia memandang tidak ada yang akan memperhatikan apapun yang dilakukannya Bahkan dalam pengamalan syari’at ia akan mempertimbangkan imbalan dari perbuatannya Jika ia tidak meyakini ada imbalan yang diterima baik di dunia maupu akhirat maka secara otomatis ia akan berpikir beberapa kali untuk berbuat dan bertindak begitupun sebaliknya. Begitu pula kaitan antara syai'ah dengan akhlak, dapat dilihat ketika seseorang rajin melakukan ketentuan-ketentuan syari’at berupa shalat, zakat, puasa dan haji namun karena akhlak, etika dan moralnya rusak, maka ia bisa melakukan korupsi. dan tindakan-tindakan kejahatan lainnya.

Dari beberapa contoh diatas dapat dipahami bahwa aqidah sebagai konsep atau system keyakinan yang bermuatan elemen-elemen dasar iman (kepercayaan), menggambarkan sumber dan hakikat keberadaan agama. sedangkan Syariah sebagai konsep atau sistem hukum berisi peraturan yang menggambarkan fungsi agama. Dan Akhlaq sebagai system nilai etika menggambarkan arah dan tujuan yang hendak dicapai oleh agama. Oleh karena itu, ketiga kerangka dasar tersebut harus terintegrasi dalam diri seorang Muslim. ketiga komponen tersebut dalam ajaran Islam ibarat sebuah pohon, akarnya adalah aqidah, sementara batang, dahan, dan daunya adalah syariah, sedangkan buahnya adalah akhlak

Penulis blog