Back to Top
Artikel Islami

Tasawuf Dalam Islam

Panduan Islam Panduan Islam
Desember 08, 2020
0 Komentar
Beranda
Artikel Islami
Tasawuf Dalam Islam

Ahmad Nilnal Munachifdlil Úla

Pengertian Tasawuf

Secara tinjauan literal semantik, istilah sufisme (tashawwuf) disinyalir berasal dari derivasi kata Arab ash-shofa' yang berarti bening atau jernih sebagai simbol langkah yang menempuh jalan penyucian nurani. Nabi saw. bersabda;

"Kejernihan dunia telah sirna dan tinggallah kekeruhannya, maka hari ini, kematian adalah penghargaan bagi setiap Muslim". (HR. Ad-Dâruquthny)

Sebagian pendapat mengatakan tasawuf berasal dari ash-shuffah yang dinisbatkan pada Ahli Shuffah (serambi), yaitu sekitar 400 sahabat Muhâjirîn yang fakir dan tidak memiliki tempat tinggal dan sanak keluarga di masa Nabi yang menentap dan beribadah di masjid Nabi, Madinah. Atau berasal dari ash-shaff (barisan) yang seolah hati mereka berada di barisan terdepan dalam kehadiran di hadapan Allah., sebagian ulama lainnya mengatakan bahwa tasawuf berasal dari akar kata ash-shauf (wol), karena keidentikan tradisi mereka yang menggunakan pakaian dari wol sebagai ekspresi kezuhudannya, istilah tashawwuf lebih dekat berasal dari akar kata ash-shauf.

Definisi atau pengertian tasawuf paling panjang yang dikutip Abu Nu'aim berasal dari perkataan Imam al-Junaid ra. ketika ditanya orang mengenai makna tasawuf:

"Tasawuf adalah sebuah istilah yang menghimpun sepuluh makna:

  1. tidak terikat dengan semua yang ada di dunia sehingga tidak berlomba- lomba mengerjarnya.
  2. Selalu bersandar kepada Allah `azza wa jalla,.
  3. Gemar melakukan ibadah ketika sehat.
  4. Sabar kehilangan dunia (harta).
  5. Cermat dan berhati-hati membedakan yang hak dan yang batil.
  6. Sibuk dengan Allah dan tidak sibuk dengan yang lain.
  7. Melazimkan dzikir khafi (dzikir hati).
  8. Merealisasikan rasa ikhlas ketika muncul godaan.
  9. Tetap yakin ketika muncul keraguan dan
  10. Teguh kepada Allah dalam semua keadaan. Jika semua ini berhimpun dalam diri seseorang, maka ia layak menyandang istilah ini; dan jika tidak, maka ia adalah pendusta.

Sedangkan Imam Muhammad `Amim al-Ihsan dalam kitabnya Qawa'id al-Fiqih, dengan mengutip pendapat Imam al-Ghazali, menyatakan :

"Tasawuf terdiri atas dua hal: Bergaul dengan Allah secara benar dan bergaul dengan manusia secara baik. Setiap orang yang benar bergaul dengan Allah dan baik bergaul dengan mahluk, maka ia adalah sufi."

Definisi-definisi tersebut pada dasarnya saling melengkapi satu sama lain, membentuk satu kesatuan yang tersimpul dalam satu ikatan: "Tasawuf adalah perjalanan menuju Tuhan melalui penyucian jiwa yang dilakukan dengan intensifikasi dzikrullah".

Penyucian jiwa (tazkiyah an-nafs) merupakan ruh dari takwa, sementara takwa merupakan sebaik-baik bekal (dalam perjalanan menuju Allah), sehingga dikatakan oleh Imam Muhammad Zaki Ibrahim, bahwa "tasawuf adalah takwa. Takwa tidak hanya berarti "mengerjakan semua perintah Allah dan meninggalkan semua larangan-Nya. Takwa juga meliputi "cinta, ikhlas, sabar, zuhud, qana'ah, tawadhu', dan perilaku-perilaku batin lainnya yang masuk ke dalam kategori makarim al-akhlaq (alkhlak yang mulia) atau al-akhlaq al-mahmudah (akhlak yang terpuji)".

Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila tasawuf juga sering didefinisikan sebagai akhlak, yaitu akhlak bergaul dengan Allah dan akhlak bergaul dengan semua makhluk-Nya. Imam Muhammad ibn `Ali al-Kattani, sebagaimana dikutip oleh Imam al-Qusyairi dalam al-Risalah-nya, menegaskan bahwa "tasawuf adalah akhlak". Imam Abu Nu'aim al-Ishbahani juga mengutip definisi senada dalam Hilyat al-Awliya-nya:

"Tasawuf adalah berakhlak dengan akhlak (orang-orang ) mulia."

Definisi terakhir di atas sejalan dengan keberadaan Nabi SAW yang diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak yang mulia sebagaimana ditegaskan oleh beliau sendiri dalam sebuah sabdanya yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad ibn Hanbal

"Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak yang baik."

Akhlak itu sendiri merupakan perilaku batin yang melahirkan berbagai perbuatan secara otomatis tanpa melalui pertimbangan yang disengaja, atau dalam definisi Imam al-Ghazali diungkapkan dengan redaksi: "Akhlak merupakan ungkapan tentang kondisi yang berakar kuat dalam jiwa; dari kondisi itu lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah dan gampang tanpa memerlukan pemikirkan dan pertimbangan."

Apa pun definisi yang dikemukakan para ulama mengenai tasawuf, satu hal pasti adalah bahwa tasawuf merupakan sisi rohani Islam yang sangat fundamental dan esensial; bahkan ia merupakan inti ajaran yang dibawa oleh para Nabi dan Rasul.

Macam macam Tasawuf

Secara keseluruhan, ilmu tasawuf dikelompokan menjadi tiga macam, yaitu tasawuf akhlaki, tasawuf amali, dan falsafi.

Tasawuf Akhlaki

Tasawuf Akhlaki merupakan tasawuf yang berfokus pada perbaikan akhlak dan budi pekerti, berupaya mewujudkan perilaku yang baik (Mahmudah) serta menghindarkan diri dari sifat-sifat tercela (Mazmumah). Tasawuf akhlaki ini disebut juga dengan tasawuf sunni, dikembangkan oleh para ulama salaf as-salih dengan menerapkan metode-metode tertentu.

Menurut para sufi, pengembangan tasawuf akhlaki dibangun sebagai dasar latihan kerohanian dengan tujuan mensucikan hati dan mengendalikan hawa nafsu sampai ke titik terendah. Sehingga nantinya tidak akan ada penghalang yang membatasi manusia dengan Tuhannya. Nah, agar lebih mudah dalam mewujudkan ajaran Tasawuf Akhlaki ini, para sufi menyusun beberapa tahapan sistem, yang meliputi Takhalli, Tahalli, dan Tajalli.

Takhalli

Takhalli adalah tahapan pertama yang dilakukan oleh seorang sufi untuk membersihkan (melepaskan) diri dari perilaku buruk, seperti berbuat maksiat, kecintaan kepada dunia yang berlebihan, berprasangka su’udzon, ujub, hasad, riya, ghadab, dan sejenisnya. Sebagian sufi berpendapat bahwa perbuatan maksiat merupakan najis maknawiyah yang bisa menghalangi kedekatan hamba dengan Rabbnya. Oleh karena itu, sifat-sifat nafsu dalam diri harus dimusnakan agar manusia tidak terjerumus ke dalam dosa.

Namun imam Al-Ghazali mempunyai pendapat lain. Menurutnya, selama hidup di dunia setiap manusia pasti membutuhkan nafsu. Bukan untuk melakukan hal-hal buruk, tapi nafsu diperlukan demi menjaga keharmonisan keluarga, membela harga diri, dan hal-hal positif lainnya

Tahalli

Setelah membersihkan diri dari perbuatan-perbuatan tercela,tahapan berikutnya yang perlu dilakukan adalah pengisian jiwa atau disebut Tahalli. Pada tahap ini, seorang sufi diharuskan membiasakan diri dengan akhlak-akhlak terpuji sabar, ikhlas, ridha, taubat, dan sebagainya.

Selain itu, juga menjalankan ketentuan syariat agama, seperti sholat, puasa, zakat, membaca Al-Quran, dan berhaji bila mampu. Dengan demikian, apabila seseorang telah terbiasa melakukan perbuatan-perbuatan mulia, taat dan beriman kepada Allah SWT maka lama-kelamaan hati pun akan menjadi bersih.

Tajalli

Tahap yang terakhir adalah Tajalli yang berarti tersingkapnya nur ghaib. Di tahap ini, seorang sufi benar-benar menanamkan rasa cinta kepada Allah SWT di dalam hatinya. Tujuannya agar perilaku-perilaku baik yang telah dilakoni pada tahap Tahalli tidak luntur begitu saja, dan bisa terus berkelanjutan.

Ritual Tajalli biasanya dilakukan dengan cara bermunajat kepada Allah SWT, yaitu memuja dan memuji keagungan Allah SWT. Kemudian bermusahabah (merenungi dosa-dosa yang telah diperbuat), muraqabah (merasa jiwa selalu diawasi oleh Allah SWT), Tafakkur (merenungi kekuasaan Allah dalam menciptakan alam semesta), serta memperbanyak amalan dizikir.

Tasawuf amali

Tasawuf amali adalah suatu ajaran dalam tasawuf yang lebih menekankan amalan-amalan rohaniah dibandingkan teori. Yang mana dalam tasawuf amali tersebut mempunyai tujuan yang sama yaitu mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan menghapuskan segala sifat yang tercela serta mengahadp sepenuhnya kepada Allah SWT dengan berbagai amaliah atau riya>dlah yang dilakukan, seperti memperbanyak wirid serta amaliah-amilah lainnya.

Dikatakan bahwa tasawuf amali lebih menekankan pada nilai amaliah nya dibandingkan teori, bukan berarti tasawuf amali kosong dariteori, hanya saja bahwa dalam tasawuf amali sisi amal di dalamnya lebih dominan. Dalam tasawuf amali lebih identik dengan thariqah yaitu sebagi wujud dari amalan yang telah dilakukan. Dalam tasawuf amali ini terdapat beberapa unsur yang di dalamnya terdiri dari beberapa praktik ibadah yang semata-mata hanya untuk mendekatkan diri kepada Allah. Maksudnya,bahwa dalam tasawuf amali tidak hanya sekedar mengetahui tentang teori, akan tetapi langsung dpraktikkan dalam ibadahnya, sehingga dalam bertasawuf,seseorang lebih bisa merasakan tujuan tasawuf tersebut, yaitu kedekatan seorang hamba kepada yang Maha Kuasa.

Dalam tasawuf Amali berisikan ajaran amalan yakni Syari’ah (mengikuti hukum-hukum Allah),Thariqah (perjalanan menuju Allah), Haqiqah (aspek batiniah dari syari’ah), Ma’rifah (puncak pengetahuan kepada Allah melalui hati) yang kesemua itu merupakan sebuah rangkaian yang harus dilalui secara berurutan untuk bisa ma’rifat kepada Allah.

Selain hal tersebut dalam tasawuf amali juga dikenal beberapa istilah sebagai berikut :

  • Maqamat: tahapan atau tingkatan
  • Taubah : pembersihan diri dari dosa
  • Zuhud: kesederhanaan dalam al duniawi
  • Sabar: pengendalian diri
  • Tawakkal: berserah diri sepenuhnya kepada Allah
  • Ridla: Kerelaan menerima segala sesuatu dariNya
  • Mahabbah: cinta tingkat tinggi
  • Ahwal : kondisi spiritual
  • Khauf: perasaan takut pada Allah
  • Raja’: optimis terhadap ketentuan Allah

Tasawuf falsafi

Tasawuf falsafi adalah tasawuf yang ajarannya memadukan antara visi mistis dan rasional sebagaipenggagasnya. Tasawuf falsafi ini mulai muncul dengan jelas dalam Islamsejak abad VI Hijriyah, meskipun para tokohnya baru dikenal denganberkembang, terutama di kalangan para sufi yang juga seorang filosof. Para tokoh tasawuf falsafi tidak hanya terpaku pada makna teks keagamaan saja, tetapi juga berupaya menembus makna batin yang terdalam dan dilengkapi dengan pengalaman metafisis. Dengan ini para penganutnya berusaha untuk memutuskan jarak yang terbentang antara hamba dengan Tuhan, sehingga merasa benar-benar menyatu dengan Tuhan. Tasawuf falsafi memiliki karakteristik tersendiri, adapun karakteristik tasawuf falsafi secara umum mengandung kesamaran akibat banyaknya ungkapan dan istilah khusus yang hanya dapat dipahami oleh mereka yang memahami ajaran tasawuf falsafi tersebut. Selanjutnya tasawuf falsafi ini tidak dapat dipandang sebagai filsafat karena ajaran dan metodenya didasarkan pada rasa (dzauq), dan tidak pula dapat dipandang sebagai tasawuf dalam pengertian yang murni, karena ajarannya sering diungkapkan dalam bahasa dan terminologi-terminologi filsafat

Penulis blog