Oleh : Ahmad Nilnal Munachifdlil Ula
A. Pandemi Dalam Sejarah Islam
Wabah atau pandemi bukanlah peristiwa yang baru seperti
kita lihat saat ini. Wabah pandemic
memiliki sejarah panjang dengan tingkat bahaya yang juga beragam. Peristiwa
wabah penyakit juga terjadi pada zaman Nabi Muhammad dan para sahabat. Artinya,
jika kita kini merasakan penderitaan akibat pandemi, sadarlah bahwa pengalaman
serupa juga pernah dialami orang-orang paling saleh pada zamannya.
Wabah tha'un (penyakit sampar, pes, lepra) pernah menyerang
masyarakat Arab ketika itu dan menelan korban jiwa. Hal ini terekam salah
satunya dalam hadits sahih riwayat Imam al-Bukhari berikut ini:
عَنْ
عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ ﷺ أَنَّهَا
أَخْبَرَتْنَا أَنَّهَا سَأَلَتْ رَسُوْلَ اللهِ ﷺعَنِ الطَّاعُوْنِ فَأَخْبَرَهَا
نَبِيُّ اللهِﷺ أَنَّهُ كَانَ عَذَابًا يَبْعَثُهُ اللهُ عَلَى مَنْ يَشَاءُ
فَجَعَلَهُ اللهُ رَحْمَةً لِلْمُؤْمِنِيْنَ فَلَيْسَ مِنْ عَبْدٍ يَقَعُ
الطَّاعُوْنَ فَيَمْكُثُ فِيْ بَلَدِهِ صَابِرًا يَعْلَمُ أَنَّهُ لَنْ يُصِيْبَهُ
إِلَّا مَا كَتَبَ اللهُ لَهُ إِلَّا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ الشَّهِيْدِ
Artinya, “Dari Sayyidah Aisyah ra, ia mengabarkan kepada
kami bahwa ia bertanya kepada Rasulullah saw tentang tha‘un, lalu Rasulullah
saw memberitahukannya, ‘Zaman dulu tha’un adalah azab yang dikirimkan Allah
kepada siapa saja yang Dia kehendaki, tetapi Allah menjadikannya sebagai rahmat
bagi orang beriman. Tiada seorang hamba yang sedang tertimpa tha’un, kemudian
menahan diri di negerinya dengan bersabar seraya menyadari bahwa tha’un tidak
akan mengenainya selain karena telah menjadi ketentuan Allah untuknya, niscaya
ia akan memperoleh ganjaran seperti pahala orang yang mati syahid,’” (HR
al-Bukhari).
B.
Macam macam bencana
Syaikh abdul qadir jailani dan syaikh ali khowas membagi
bencana menjadi 3
1. Bencana yang menimpa sesesorang sebagai hukman atas perbuatan
kemaksiatannya, tanda_tandanya adalah seseorang yang terkena bencana dalam
menghadapi cobaan tersebut tidak bersabar, banyak mengeluh kepada makhluq dan
merasa cemas
2. Bencana yang menimpa sesesorang sebagai penghapus atau pelebur
dosanya, tanda_tandanya adalah seseorang yang terkena bencana dalam menghadapi
cobaan tersebut dengan sabar tanpa mengeluh tanpa merintih dan tidak merasa
berat dalam menjalankan ketaatannya
3. Bencana yang menimpa sesesorang dalam rangka menaikkan
derajatnya tanda_tandanya adalah seseorang yang terkena bencana dalam
menghadapi cobaan tersebut dengan taufiq, tentramnya hati, ridlo dan tenang
menghadapi takdir allah sampai ia terbuka tabirnya (kasyf)
C.
Adab Utama saat bencana
1.
Menyelamatkan diri
·
Wajib, jika diyakini tidak
akan selamat ketika bertahan ditempat bencana
·
Tidak wajib jika hanya
sebatas praduga dirinya tidak akan selamat
2.
Bersabar
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: (إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ
الْبَلَاءِ وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلَاهُمْ فَمَنْ رَضِيَ
فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السُّخْطُ)
Diriwayatkan
dari Anas ibn Malik radhiyallahu ‘anhu dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda: “Sesungguhnya besarnya pahala itu sesuai dengan besarnya
cobaan. Dan sesungguhnya apabila Allah mencintai sebuah kaum niscaya Allah akan
memberikan cobaan kepada mereka. Maka barangsiapa yang ridha (dengan ketetapan
Allah –pent), maka Allah akan ridha kepadanya. Dan barangsiapa yang tidak
ridha, maka Allahpun tidak akan ridha kepadanya.” (HR. At-Turmudzi, no. 2320
dan Ibnu Majah, no. 4021 dengan sanad yang hasan)
3.
Istirja’
وَلَـنَبۡلُوَنَّكُمۡ بِشَىۡءٍ مِّنَ الۡخَـوۡفِ وَالۡجُـوۡعِ وَنَقۡصٍ
مِّنَ الۡاَمۡوَالِ وَالۡاَنۡفُسِ وَالثَّمَرٰتِؕ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيۡنَۙ ۞
الَّذِيۡنَ اِذَآ اَصَابَتۡهُمۡ مُّصِيۡبَةٌ ۙ قَالُوۡٓا اِنَّا لِلّٰهِ
وَاِنَّـآ اِلَيۡهِ رٰجِعُوۡنَؕ
Dan Kami pasti akan
menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan
buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar,
(yaitu) orang-orang
yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata "Innā lillāhi wa innā ilaihi
rāji'ūn" (sesungguhnya kami milik
Allah dan kepada-Nyalah kami kembali).
4.
Merendahkan diri kepada allah
serta berdoa
كَانَ النَّبِيُّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم إِذا عَصِفَتِ الرِّيح
قالَ دعاء الريح: «اللَّهُمَّ إِني أَسْأَلُكَ خَيْرَهَا، وَخَيْرِ مَا فِيهَا،
وخَيْر ما أُرسِلَتْ بِهِ، وَأَعُوذُ بك مِنْ شَرِّهِا، وَشَرِّ ما فِيها، وَشَرِّ
ما أُرسِلَت بِهِ» رواه مسلم.
5. Bertaubat
Doa sayyidina abbas ketika terjadi
musibah
اللهم إنه لم ينزل
بلاء إلا بذنب، ولم يكشف إلا بتوبة
“Ya
Allah, sungguh bala tidak diturunkan kecuali karena dosa dan ia tidak diangkat
kecuali karena tobat
6. Anjuran
membantu korban bencana
الـمسلم اخو الـمسلم لا
يظلمه ولا يسلمه ومن كان في حاجة اخيه كان الله في حاجته ومن
فرج عن مسلم كربة فرج الله
عنه كربة من كربات يوم القيامة ومن ستر مسلما ستره اللهيوم القيامة. (رواه البخاري
عبد الله بن عمر).
“Seorang muslim itu saudara bagi
muslim lainnya. Ia tidak boleh menganiaya dan tidak boleh menyerahkannya
(kepada musuh). Barang siapa membantu keperluan saudaranya, Allah akan
(membalas) membantu keperluannya. Barang siapa membebaskan seorang muslim dari
kesusahan, Allah akan membebaskan satu kesusahan darinya dari beberapa
kesusahan pada hari kiamat. Barang siapa menutupi (aib) seorang muslim, Allah
akan menutupi (aib) nya pada hari kiamat. (H.R. al-Bukhari dari Abdullah Ibnu
Umar No. 2262).”
D. Problematika Ibadah saat bencana
1. Cara bersuci
ketika ada anggota terluka yang diperban
· Berwudlu atau
mandi besar dengan membasuh anggota yang tidak terluka
· Tayammum
· Mengusap perban
Catatan :
·
Apabila perbannya terletak
dianggota tayammum maka sholatnya wajib diqadla
·
Apabila perbannya bukan
pada anggota tayammum maka :
- jika perbannya menutupi bagian yang sehat Sewajarnya (sesuai kebutuhan) dan ketika dibalutkan dalam keadaan punya wudlu maka tidak wajib mengqadla
- jika perbannya menutupi bagian yang sehat Sewajarnya (sesuai kebutuhan) namun ketika dibalutkan dalam keadaan tidak punya wudlu maka wajib mengqadla
- Jika perbannya menutupi bagian yang sehat tidak Sewajarnya (melebihi kebutuhan) maka wajib mengqadla.