Amalan 10 Muharram
أَنَّ الْأَعْمَالَ فِي يَوْمِ عَاشُورَاءَ اِثْنَا عَشَرَ عَمَلًا الصَّلَاةُ وَالْأولَى أَنْ تَكُوْنَ صَلَاةَ التَّسْبِيْحِ وَالصَّوْمُ وَالصَّدَقَةُ وَالتَّوْسِعَةُ عَلَى الْعِيَالِ وَالْاِغْتِسَالُ وَزِيَارَةُ الْعَالِمِ الصَّالِحِ وَعِيَادَةُ الْمَرِيْضِ وَمَسْحُ رَأْسِ الْيَتِيْمِ وَالْاِكْتِحَالُ وَتَقْلِيْمُ الْأَظْفَارِ وَقِرَاءَةُ سُوْرَةِ الْإِخْلَاصِ أَلْفَ مَرَّةً وَصِلَةُ الرَّحِمِ
“Sesungguhnya amal-amal di hari Asyura ada dua belas amal, yaitu salat dan yang lebih utama ialah salat tasbih, puasa Asyura, sedekah, melapangkan nafkah keluarga, mandi, berkunjung pada orang alim yang salih, menjenguk orang sakit, mengusap kepala anak yatim, memakai celak, memotong kuku, membaca surat Al-Ikhlas seribu kali, dan silaturahim. Hadis yang ada hanyalah pada puasa Asyura dan melapangkan nafkah keluarga.” (Nihayah az-Zain, 190)
Melapangkan nafkah keluarga
Salah satu amalan yang dianjurkan ditanggal 10 Muharram yakni melapangkan nafkah untuk keluarga, Imam asy-Syarwani menjelaskan bahwa tujuan melapangkan nafkah keluarga di hari Asyura yakni:
وَيُسَنُّ التَّوْسِعَةُ عَلَى الْعِيَالِ فِي يَوْمِ عَاشُورَاءَ لِيُوَسِّعَ اللَّهُ عَلَيْهِ السَّنَةَ كُلَّهَا كَمَا فِي الْحَدِيثِ الْحَسَنِ
“Disunahkan melapangkan nafkah keluarga di hari Asyura agar Allah melapangkan kepada orang tersebut di hari-hari yang lain dalam satu tahun Sebagaimana dijelaskan dalam hadis Hasan.” (Hawasyi asy-Syarwani, III/455)
وَأَوْقَاتِ التَّوَسُّعَةِ عَلَى الْعِيَالِ كَيَوْمِ عَاشُورَاءَ وَيَوْمَيْ الْعِيدِ وَلَمْ يُقْصَدْ بِذَلِكَ التَّفَاخُرُ وَالتَّكَاثُرُ بَلْ لِطِيبِ خَاطِرِ الضَّيْفِ وَالْعِيَالِ وَقَضَاءِ وَطَرِهِمْ مِمَّا يَشْتَهُونَهُ
“Dan waktu untuk melapangkan nafkah keluarga ialah di hari Asyura dan dua hari raya (Idul Fitri dan Idul Adha). Hal tersebut bukan bertujuan untuk membanggakan diri dan bersaing. Melainkan untuk menyenangkan hati keluarga dan memenuhi kebutuhan yang mereka inginkan.” (Iqna’ Hamisy Bujairami ‘ala al-Khatib, IV/327)